Sabtu, 26 Desember 2009

Derai


 
Oleh: Nayla Nuha

tetes itu masih berderai
semakin jauh
jauh melewati jalan anganku

pikirku melesat tinggi
dalam balik kaca ku tatap kau

lama ...
cukup lama, sengaja untuk mengenangmu
sebab,
nanti kita jarang bertemu

deru mobil, serta derai hujan
menyaksikan kita
yang terakhir kalinya
hanya sekali berpandang
kemudian kita berlalu

lampu jalanan,
kaca di jalan
mengisi pikirku
untuk engkau

sebab nanti
setelah malam ini,
aku pasti mendambakan engkau kembali

derai hujan
derai tawamu
entah mengapa ...

*10 September 2009 : 22.00 - ketika mengingat sesuatu. terakhir*

Tukar

Nayla Nuha

aku dan kamu
bertukar cinta
yang lampunya masih gelap gulita
Yang heningnya masih menyimpan lara

aku dan kamu
menukar kata
yang suaranya masih terdengar letih

aku dan kamu
bertukar rasa
yang masih geram
dalam gemuruh ombak

Rabu, 23 Desember 2009

?


0leh : echo fushya patinnson


WHY....???

Titian awan menghanguskan semangatku…
Senyummnu mematahkan ketegaranku…
Kenapa...
Kenapa semua harus terjadi?
I am SAD ...
I am CRY...
because you

Sendu


Oleh : echo pfushya patinnson


Heningnya malam tak berdetak di hati
kasihku telah pergi…
seakan semua tak abadi…

jam pun tertawa padaku
akan  mengharap sesuatu yang tak pasti
kujalani hari...
angin bernyanyi dalam relungan hati…

kibasan ombak menelanku pergi
mimpi indah seakan tak menghampiri
kesedihan seakan menepi…
Tubuh kaku seakan menjadi-jadi


Sabtu, 19 Desember 2009

Kehilangan Bunda



Oleh : Nurul Uyuy

pernahkah terbanyangkan
ketika ibu pergi
dari hadapan mu
pernahkah terbayangkan
ketika kasih sayangnya tak dapat lagi kau rasa
nasihat yang selalu dihiraukan tak lagi dapat kau dengar
kehilangan perhatian seorang ibu
ibu..ibu..ibu..


*ibu ,
apa daya anakmu ini
ketika kau meregang nyawa
ku hanya berpangku dan menangis
tanpa gertak untuk mencoba
buatmu terbangun kembali

*ibu
kapan ?
bagaimana ?

*ibu
hanya itu tanya ku kini
ku hanya ingin tahu dari pertanyaan ku
ya'
kapan ku dapat membalas jasamu ?
bagaimana ku balas semua yang kau beri untukku ?

tanpa mu semua akan jadi semu
tanpa mu hidup penuh pilu
jenuh kadang menghampiri
dan buat ku ingin melanglang buana
mencari arti dari apa yang kucari
tentang jasa yang kau beri untuku
ibu ibu ibu

Rabu, 16 Desember 2009

Surau


Oleh : Nayla Nuha

 ketika aku berada dalam kehampaan
di gelapnya malam
pada buntunya malam

meringkuk tubuhku
di tepian lorong
menunggu sinar datang

ketika aku berada dalam kesunyian
merindukan benderang cinta
yang datang

mengadah aku dalam tangisan

seuntai tali mengulur padaku
kemudian, secercak sinar menyeruak
dari celah yang terlupakan

benderang sinar itu
ada dalam sebuah surau
menuntunku...
berucap pada-Nya

Bogor, 14 Desember 2009. 15.40 ditengah surau, 

Rabu, 09 Desember 2009

muhasabah diri

 

Oleh : nurul uyuy

kuharusnya malu
ku tak punya apa-apa
tapim kuterus merayu
agar kudapatkan semuanya

diatara rintik hujan
teriknya mentari
kuhanya bisa tertunduk
atas keagungan mu
ya ALLAH ...

siapa diriku ini
jarang mensyukuri karuniamu
hanya meminta atas kehendaku
diantara rembulan dan bintang
diantara semut dan gajah
diantara siang dan malam
diantara api dan air

diantara semuanya
ku hanya dapat tertunduk
malu atas apa yang KAU beri padaku
meski ku bahagia tapi tak begitu
buat tersenyum...

Tapi ...
kasih-MU ya ALLAH terus tercurah untuk
padaku
meski kasih ku padamu tak begitu besar
ku lebih cinta dunia ini
daripada mencintai-MU
YA ALLAH ...

beritahu aku !


 Oleh : Nayla Nuha

beritahu aku dalam gundah gulana
ketika aku harus siap menemuimu
cukup sekali saja

beritahu aku bahwa aku keliru
mulai mengganggapmu warna yang
hadir dalam putih hitam hatiku

beritahu aku arti rinai
yang berderai ketika hadirnya perenungan
seperti kehilangan

beritahu aku mengapa
rembulan datang kemudian
setelah senja usai dan kelam tiba

beritahu aku mengapa harus
setiap senja saja
aku berbahagia

datangkan awan itu
padaku kembali
datangkan jingga itu
padaku kembali

datangkan senyummu
dan serpihan kisah
dalam tawa itu

bertanyalah kau padaku
akan langkah yang membawaku padamu
bertanyalah kau pedaku
mengapa angin menghembuskan
cita ini kepadamu

ketika derai usai kali ini
jingga langit hanya nampak
sebagian di angkasa

tiba-tiba,
aku ingin
menjadi layang-layang!

Jumat, 04 Desember 2009

Sungguh


Oleh : Uyuy Sensei

sungguh aku tak sanggup
menopang jalan hidup ini
karna aku tahu tentang itu
yang semakin berasa pilu . . .

semai dalam nadi ku
kini terus berdawai
mengalunkan tentang resah
dalam hatiku . . .

kasih . . . .
ku tak tau tentang semua itu
tapi ku yakin kau bisa anggap
tentang semua itu . . .

jalan mentawai dalam tangis ku
mengembara pada rasa ku kini
kapan kau mengerti tentang semua rasa
yang terlantunkan . . . .

aku menggurat luka pada
lingkar deru itu yang tinggalkan semu pada
bahagia yang sedang semaikan benihnya

suara
tentang tawa, senyum, sapa,
hanya seulas ku dapat lihat itu pada
pesona mu . . . .
yang dahulu merona selalu
bahagia dan tersenyum setiap
. . . . .

Rembulanmu

Oleh : Nayla Nuha

aku lihat rembulanmu
yang benderang sinarnya itu
pada lentera malam
yang tak pernah ku duga melukiskannya

aku teringat senyuman itu kembali
dalam rembulan
dan mereka datang
bintang menghiasinya

pilih aku rembulan
diantara banyak bintang yang benderang
sebab hanya aku
yang kini merasa di dekatmu

meski arakan awan malam ini
tak terpandang jelas
lewat kasat mata

karena sinarmu
benar benderang
menyinari kehampaan

dan kisahku
ku tuang di bawah rembulan
tentang hari ini
tentang perkataan
tentang kerinduan
dan tentang kenangan

Jumat, 20 November 2009

Hidupku


Oleh : Nurul Aulia

diamku untuk bersajak
gerakku untuk beranjak
senyumku untuk membijak
dalam detik yang mengacak

Setiap hari kuhadapi
kemelut hidup yang
harus kujalani dalam
bayang yang melayang

menghampiri setiap
serpihan sayap-sayap putih
yang mematah dalam
kegetiran kalbu

yang harus bergelora
membuat hati ini merona
tersyahdu dalam sucinya
nada yang berdetak
dalam nadi...

mengiris setiap pengalaman hidup
terangkai dalam sebingkai
memori yang tersimpan utuh
dalam diri yang abadi ....

Rabu, 18 November 2009

Tentang Engkau


kembali aku memikirkannya
entah tuhan begitu sayang padaku
hingga segala benturan batu menghantam hati dan pikirku


tentang engkau, kawan
yang sudah lama bagiku
engkau menghilang dari sisiku
engkau yang hilang bersama senyummu di pagi hari
atau sapaanmu menjelang petang padaku

tentang engkau, kawan
yang kulihat bukan dirimu lagi kini
yang kudengar bukan kata ramah diucapkan

aku rindu
ketika kita berjalan menuju surau
aku rindu...

aku rindu
ketika engkau bercerita padaku
tentang realita kehidupanmu

aku rindu padamu, kawan!
yang canda tawa bisa kau cipta
menghilangkan gundah

aku tidak ingin kecurigaan
aku tidak ingin kebencian
dan aku tidak ingin perpisahan
semacam ini

tentangmu,
yang kini mengusikku
menjauh dariku, seakan aku tidak pernah kenal engkau yang dulu

Selasa, 17 November 2009

Rasaku

Oleh: Nurul


Aku berlari mengarungi samudra perih
kujalani jejak yang membara
dan kupegangi seuntai pengikat
sebagai kekuatan untuk ku melangkah
sampai ku tau jalan lurus itu,,,

aku bukan mentari yang dapat hangatkan
tentang rasa yang kau miliki
aku hanya insan yang mudah tergores
jika ku tau rasa yang ada

ku tak tau apa yang harus kulakukan
atas rasamu yang jauh rasa dariku
yang tak mungkin dapat ku kembalikan pada mu

meski ku tau kau akan :...
terluka
tersesak
tersakiti
terpuruk

tapiiii ...

bukan ...
bukan itu jalan laju ku
aku hanya menjalani hakikat yang ada
bukan itu maksud ku tak membalas tentang rasamu
mengertilah... mengertilah...
mengertilah tentang rasa yang tak mungkin dapat bersama ituuu....

Rabu, 11 November 2009

Lepas


Oleh: Nurul Aulia

gundah diantara berjuta
kebisingan hidupku
lalu kau senyapkan
semuanya dihadapku..

kau bangunkan ku
diantara mimpi
yang membelenggu ku
kau beriku tetesan
embun kesejukan..

kau padamkan api
dalam benak yang membara
kau lelehkan pada
sebyuah artian beku..

kau sadarkan aku
tentang satu kisah
yang selalu membuatku resah
memendang fasih
tatapan semu itu..

Jangan

oleh : Nayla Nuha

Jangan dicoret-coret
martabat bangsa
yang tertera pada
dinding museum
yang terhampiri hanya oleh angin

jangan di coret-coret
kebisingan perjuangan
yang mewarnai merah-putih

jangan dicorengkan
teriakan, kebisingan deru senjata kayu
telah menimbangkan penjajah
Keluar Ibu Pertiwi

10 november, hari pahlawan. 14.25

Senin, 14 September 2009

Buah Cinta



oleh : nayla

dulu aku hampir
memungut dedaunan yang jatuh
dari pohon yang akan berbuah cinta
tapi angin lebih dulu memungutnya

lalu kini aku hampir
memetik buah cinta
tetapi ketika saatnya tiba
semuanya berhenti

Buah cinta, dari pohon kebersamaan
yang selalu menyapa dengan senyuman
yang biasanya aku tatap
ketulusan hati yang abadi

waktu itu harusnya tiba
untuk kupetik buahnya
yang sudah kunanti
penuh bahagia dan gelisah

tapi buah itu tak kunjung meminta
malah menjauh dari jemariku
sampai angin berhenti
tak mendekatinya pada jemariku


Minggu, 13 September 2009

Sastra

Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.

Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.

Periodisasi

Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:

  • Angkatan Pujangga Lama
  • Angkatan Sastra Melayu Lama
  • Angkatan Balai Pustaka
  • Angkatan Pujangga Baru
  • Angkatan 1945
  • Angkatan 1950 - 1960-an
  • Angkatan 1966 - 1970-an
  • Angkatan 1980 - 1990-an
  • Angkatan Reformasi
  • Angkatan 2000-an

Pujangga Lama

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]

Karya Sastra Pujangga Lama

Sejarah

Hikayat

Syair

Kitab agama

  • Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
  • Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
  • Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
  • Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

Sastra Melayu Lama

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

Karya Sastra Melayu Lama

  • Robinson Crusoe (terjemahan)
  • Lawan-lawan Merah
  • Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
  • Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
  • Kapten Flamberger (terjemahan)
  • Rocambole (terjemahan)
  • Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
  • Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
  • Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
  • Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
  • Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
  • Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
  • Cerita Nyi Paina
  • Cerita Nyai Sarikem
  • Cerita Nyonya Kong Hong Nio
  • Nona Leonie
  • Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
  • Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
  • Cerita Rossina
  • Nyai Isah oleh F. Wiggers
  • Drama Raden Bei Surioretno
  • Syair Java Bank Dirampok
  • Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
  • Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
  • Tambahsia
  • Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
  • Nyai Permana
  • Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
  • dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya

Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.

Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka

Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.

Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :

  1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
  2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

Angkatan 1950 - 1960-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.

Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an

Angkatan 1966 - 1970-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

Angkatan 1980 - 1990-an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.

Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980

Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

Angkatan 2000-an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000

 

Blog Template by YummyLolly.com